Gambaran
Umum.....
Bisnis penyewaan studio tidak
terlalu menjamur seperti warnet atau jualan pulsa, namun sebenarnya kalau
dilihat dari peminatnya cukup banyak, apalagi untuk daerah perkotaan. Biaya
sekali penyewaanya lumayan besar untuk mengejar balik modal. Perawatannya cukup
sederhana dan alat-alatnya tidak rawan rusak (kecuali senar dan stick), penggunaan listriknya pun tidak
terlalu besar. Tidak butuh banyak karyawan, karena satu orang penjaga saja pun
sudah cukup. Namun itu semua tergantung pada menejemen studio tersebut.
Jasa penyewaan studio kini mulai
berevolusi, maksudnya ada beberapa studio yang tidak hanya menyewakan studio (indoor) namun ada juga yang menyewakan alat berikut sound system-nya untuk even di luar (outdoor), ada juga yang sekaligus bisa untuk rekaman (recording), kursus musik dan bahkan ada
yang menjadi EO (event organizer)
untuk acara-acara besar. Artinya usaha ini bisa dikembangkan sesuai kapasitas
menejemen studio tersebut. Tertarik?? Lanjut……
Target Konsumen
Musik
adalah ekspresi jiwa yang universal dan musik tidak lepas dari istilah ngeband. Mayoritas anak muda khususnya
pelajar dan mahasiswa mempunyai hobi bermusik. Namun tidak semua dari mereka
memiliki fasilitas lengkap untuk menunjang hobi tersebut. Ada beberapa faktor
diantaranya:
1. Mahalnya harga alat-alat musik.
Jika diperlihatkan daftar harga alat musik kepada mereka yang mempunyai hobi
bermusik, mungkin mereka akan berhenti mendadak kerena harganya yang mahal.
Namun alasan ini khusus bagi kalangan menengah ke bawah.
2. Ribet (memakan banyak waktu dan
tempat). Bagi kalangan menegah ke atas, membuat studio bisa dibilang ribet
karena butuh banyak tenaga dalam penggarapannya. Dan rata-rata mereka hanya
ingin sesuatu yang instant dan tidak
terikat (datang langsung main, selesai langsung pulang).
Dari faktor di atas, bisa diambil
kesimpulan bahwa. Ada dua kalangan yang benar-benar membutuhkan jasa penyewaan
studio. Pertama, kalangan menengah ke
bawah, kedua, kalangan menengah ke
atas.
Secara general ada dua target
konsumen penyewaan studio,
1. Dunia sekolah dan kampus.
Sekarang, ngeband sudah menjadi gaya
hidup. Bisa diprediksikan 7 dari 10 pelajar (tingkat sekolah atau perguruan
tinggi) mempunyai hobi ngeband. Jadi bisa dibayangkan, berapa banyak pelajar yang
berminat dalam bidang musik.
2. Pekerja
(orang yang sudah punya pekerjaan)
Musik itu universal begitupun
peminatnya. Di antara pekerja yang setiap hari melakukan aktifitasnya, ternyata
banyak juga yang tidak mau melepas hobi ngeband-nya. Menurut pengalaman pribadi
penulis. Konsumen penyewaan studio 50% dari kalangan pelajar dan 50% lagi dari
kalangan pekerja.
Jadi bisa disimpulkan, ada dua
kalangan konsumen tetap pertama pelajar, kedua pekerja. Sisanya pengangguran ‘banyak
duit’. Hehe..
Tempat
Tempat menjadi hal yang krusial
sebagai penentu apakah studio akan ramai dengan konsumen atau sebaliknya.
Seperti apa?? Penasaran ?? lanjut…..
1. Daerah yang memiliki mobilitas
yang tinggi. Ada banyak kegiatan yang dilakukan setiap hari.
2. Wilayah
pendidikan seperti sekolah dan kampus.
3.
Strategis. Hal ini untuk mempermudah akses dan masa promosi.
4. Nyaman
dan aman.
Fasilitas Studio
1.
Ruangan
Ruangan
standar untuk studio biasanya 8X6 M. Memang dibutuhkan ruangan yang luas,
karena akan dipasang peredam suara. Dan jikalau terlalu sempit suara yang
dikeluarkan akan berputar dan rawan terjadinya noise dan feedback,
akibatnya suara instrument tidak terdengar luas.
2.
Alat
Ini tergantung, mau yang biasa,
sedang atau luar biasa. Namun standar fasilitas di studio memiliki:
o Drum
set, lengkap dengan symbal dan ride
o 2
guitar.
o 1
Bass.
o Keyboard
o 4 Amplifier
.
o Mixer
dan Power
o 3
buah mic
o 2
buah sound monitor
o Stabilizer,
agar listriknya stabil.
Kesembilan alat di atas tidak bisa dikurangi lagi, kalau
lebih boleh.
3.
Peredam
Kedengarannya
sepele dan kurang penting, padahal ini menjadi ukuran studio itu bagus atau
buruk. Kegunaan peredam adalah untuk meredam suara agar tidak keluar dari ruang
studio. Hal ini menjadi penting agar tidak mengganggu tetangga, dan bisa
dimanfaatkan untuk memperindah suasana dalam studio
4.
AC (pendingin)
Kalau di
daerah masih bisa ditolelir studio yang hanya memakai kipas angin masjid. Tapi
kalau di perkotaan yang identik dengan panas
tidak ada yang mau mentolelir. Jangankan hanya kipas, AC yang kurang
dingin saja bisa menjadi alasan konsumen tidak mau datang lagi.
5.
Ruang Tunggu
Biasanya
studio mempunyai peraturan untuk para konsumen agar datang 15 menit sebelum
masuk. Nah, selayaknya disediakan ruang tunggu atau kalau tidak ada ruangan
yang mencukupi, cukup di sediakan bangku atau sofa untuk kisaran 8 orang.
6.
Toilet
Buang air kecil atau besar tidak
pernah bisa kita prediksikan kapan datangnya. Maka dari itu toilet menjadi
penting untuk menunjang hajat para
konsumen.
Kalo ada modal lebih, bisa ditambah:
1.
Mini Market / Café Menyediakan minuman ringan
dan makanan ringan. Atau menjual senar, stick,
majalah musik, pic, dll. Lumayan buat
menambah pemasukkan dan menopang pembayaran tagihan perbulan
2.
Majalah atau buku bacaan yang berkaitan dengan
musik Kalau ditanya pekejaan apa yang paling bosan, mungkin salah satunya
menunggu. Membaca majalah bisa menjadi alternatif konsumen agar tidak bosan
menunggu giliran masuk.
3. Wifi
atau internet gratis. Hari ini semua bisa serba instant dengan adanya
jaringan internet. Semua bisa dengan mudah diakses dan dipublikasikan,
begitupun informasi. Wifi bisa
menjadi daya tarik para konsumen untuk menunggu giliran masuk studio atau
bahkan bisa menjadi tempat tongkrongan
baru bagi mereka yang suka kumpul, update
status, dan banyak lagi.
Gambaran Modal.....
Fasilitas di atas bisa menjadi acuan
awal untuk membuat jasa penyewaan studio. Seperti yang sudah dijelaskan diawal,
untuk membuat studio dibutuhkan biaya dan modal yang tidak sedikit. Memang
sedikit ada keraguan. Setiap pengusaha pasti ingin untung, dan sangat jarang
mereka mau mentolelir kerugian. Walau pada kenyataannya naik-turunnya sebuah
usaha itu wajar. Intinya, ada pada pengelolaan, menejemen dan totalitas dari
pengusaha tersebut.
Biasanya konsumen mengeluarkan
pertanyaan:
“Studionya bagus enggak?”.
“Alat-alatnya keren?. merk-nya apa aja?”.
Ini adalah gambaran
kegelisahan mereka yang mungkin pernah menyewa studio yang tidak sesuai standar
mereka. Ada tiga kualitas studio:
1. Studio Bagus (mewah). Alat yang
disewakan ber-merk terkenal di
kalangan musisi. Suasana di dalam studio pun mewah, dan yang pasti
menarik. Mainnya enak ditambah lagi
suasananya yang mendukung. Biasanya harga penyewaan 1 jam 50-80 ribu.
2. Studio Biasa. Alat yang disewakan
terkenal, cuma terkenal kualitasnya biasa. Biasa, maksudnya “enggak jelek dan
enggak bagus”. Tapi tidak melupakan inti dari studio. Cukup untuk memuaskan
konsumen. Biasanya harga penyewaan dalam 1 jam 30-45 ribu
3.
Studio Jelek.
Alatnya yang disewakan jauh dari standar. Akan muncul celetukan konsumen “Kaga
enak studionya, kita cari yang lain aja”.
Tapi kadang terjadi, studio dengan
kualitas biasa memasang harga sama dengan studio berkualitas bagus. Begitupun
studio berkualitas jelek memasang harga studio berkualitas sedang. Biasanya ini terjadi sesuai daerah di mana
studio itu berada. Contoh, studio kualitas bagus yang berada di daerah Sawangan
harganya 30 ribu/jam sedangkan yang kualitas sedang 25 ribu/jam. Berbeda dengan
studio yang berada di daerah Bintaro, studio kualitas biasa harganya bisa
50-60ribu/jam. Secara tidak langsung terjadi pertukaran harga. Artinya,
penentuan harga sewa perjam bisa dikondisikan sesuai tempat dan kualitas alat.
Buat budgetnya variatif, sesuai
dengan tiga jenis studio yang udah dijelasin di atas. Kalo alat berikut
peredamnya siapin aja 30 juta – tak terhingga. Kalo mau dipaksa dengan budget
di bawah 30 juta juga bisa cuma barangnya second dan untung-untungan dan lagi
nguras tenaga. Untuk biaya aman siapin aja 50 juta dan kalo mau lebih aman lagi
di atas 50 juta. Ini berlaku buat pemodal yang punya tempat sendiri. Kalo
tempatnya sewa beda lagi. Penasaran??
Berhubung penulis berdomisili di
Tangerang jadi pasaran sewa tempat atau ruko antara 20 juta pertahun – tak
terhingga. Lagi-lagi harus disesuaikan dengan kebutuhan, kurang ya jangan,
lebih ya mubazir. Cuma kalo hanya untuk rental studio yang 20-30 juta juga udah
pas. Habis itu tinggal di kalkulasikan modal buat alat dan peredam + sewa
tempat. Itung sendiri ya…
Tantangan dan
Solusi Penyewaan Studio
Apa pun
bentuk pekerjaannya pasti ada tantangannya, begitupun dalam bisnis ini. Di
setiap masalah pasti dibarengi oleh solusi, tergantung bagaimana kita bisa mengambil
pelajaran dari setiap masalah tersebut. Di bawah ini akan dijelaskan apa saja
yang menjadi tantangan dan halangan apa saja
yang sering dihadapi dalam bisnis penyewaan studio.
1.
Persaingan sesama
pengusaha studio. Sepengetahuan penulis, per 100m di suatu tempat atau
daerah terdapat penyewaan studio. Jadi bisa dibayangkan dalam satu kelurahan
ada berpuluh-puluh studio. Solusinya adalah membuat studio itu menarik dan
berbeda dengan yang lain tapi tidak melupakan inti dari fungsi studio tersebut
dengan prinsip “minimalis to maksimalis”. Misalnya, dari percakapan di bawah
ini:
“Studio
A bagus, soundnya bagus banget, tapi drumnya kurang enak”
“Gw enggak nyaman, masa lo pada enjoy mainnya
sedangkan gw kaga”. Keluhan drummer.
Nah,
tantangan itu bisa dijawab dengan memberikan
porsi yang sama pada setiap alat sampai
pada titik nyaman. Maksudnya, walau 1 bagus tapi ada beberapa alat yang kurang
nyaman, akan mengurangi minat konsumen untuk balik lagi. Karena bagus diatas
maknanya sudah lebih dari nyaman. Yang jelas bersainglah dengan sehat…..
2. Kerusakan alat. Seperti yang telah
dijelaskan sebelumnya bahwa alat-alat studio harganya mahal, begitupun ongkos
perbaikannya, jika terjadi kerusakan. Contohnya symbal rusak, dan sekali ganti
bisa mencapai Rp. 700.000. Ini cukup membuat pusing para pengusaha studio. Triknya
untuk hal ini dengan memberikan denda jika ada alat yang rusak. Misalnya senar
putus, atau sener drum sobek, maka si player-nya dikenankan denda sesuai harga
kerusakannya.
3. Balik Modalnya Lama. Pada intinya
prinsip berbisnis adalah bagaimana usaha itu terus berjalan atau keep moving, karena memang biasanya
perhari studio hanya ada 3-5 band yang menyewa, dipotong biaya kerusakan alat
dan lain-lain yang tidak terprediksi. Dan yang paling besar biaya sewa tempat
pertahun, jadi bisa sampai 3-4 tahun baru balik modal. Be patient…
4.
Sepi Konsumen dan
diambang bangkrut. Untuk hal ini disebabkan oleh menejemen studio yang
kurang bagus. Solusinya manage
kembali menenjemen studio, karena untuk hal ini mutlak kesalahan pengusahanya.
Dan bisa dilihat dari beberapa faktor. Pertama
adalah, kualitas alat-alatnya yang jauh dari standar, kedua ruang studio yang sempit dan monoton, maksudnya tidak
mengairahkan (bau dan lembab). Ketiga, penjaganya terlalu kaku atau
nge-BT-in, cuek dan terkesan bodo’ amat yang penting gw untung. Dan yang
terakhir adalah lokasi, aksesnya susah, atau terpencil.
Ada pertanyaan atau butuh bantuan ketik aja di bawah…
Salam,